Bahan Bacaan Anda

Sistem Subak dalam Pengelolaan Air secara Berkelanjutan

Gambar 1

Pendahuluan

Apakah Anda tahu bahwa sawah dapat berfungsi lebih dari sekadar tempat untuk menanam padi?

Sawah, yang sering dianggap hanya sebagai area pertanian biasa, ternyata berperan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan! Salah satu contoh yang menarik adalah Sistem Subak, yang digunakan oleh petani di Bali. Sistem ini tidak hanya mengatur pengelolaan air di sawah, tetapi juga melibatkan kearifan lokal, yaitu pengetahuan dan praktik yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat untuk menjaga keberlanjutan pertanian dan lingkungan.

Kearifan lokal ini mencakup pemahaman tentang hubungan harmonis antara manusia dengan alam, serta penerapan prinsip-prinsip ekologis yang selaras dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat, yang memastikan keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang. Misalnya keberadaan sanggah dari bambu untuk tempat sesajen yang disembahkan pada Dewi Sri (Tuhan dalam manifestasinya sebagai pelindung dan pemelihara padi dan sawah) pada Gambar 1 merupakan kearifan lokal khas Subak sebagai cerminan dari budaya masyarakat Hindu di Bali budaya masyarakat Hindu di Bali, yang senantiasi berorientasi pada keharmonisan hubungan antara Tuhan, manusia dan lingkungan.

Gambar 1

Gambar 1. Sanggah dari bambu sebagai bentuk kearifan lokal petani anggota subak

Pada pembelajaran kali ini, Anda akan belajar tentang pengelolaan air secara efisien dalam Sistem Subak untuk mendukung keberlanjutan pertanian, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan hasil panen padi. Selain itu, Anda juga akan menggunakan simulasi interaktif untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengelolaan air, suhu tanah, dan emisi gas metana.

Mengapa Materi Ini Penting?

Kita sering mendengar tentang perubahan iklim dan bagaimana itu mempengaruhi dunia kita. Salah satu penyebab utama perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, termasuk pertanian. Di sisi lain, pertanian, terutama di negara berkembang, sangat bergantung pada air untuk produksi pangan, terutama padi. Namun, pengelolaan air yang tidak efisien dapat meningkatkan emisi gas metana yang merusak atmosfer.

Tahukah Anda bahwa Sistem Subak telah berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca di Bali hingga 70%? Dengan menggunakan metode irigasi intermittentatau macak-macak (kering-basah bergantian), sistem ini memungkinkan petani menghemat air dan mengurangi emisi gas metana, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Silahkan baca artikel berikut tentang percobaan yang dilakukan di Bali mengenai pengelolaan air di sawah. Artikel ini bisa memberikan gambaran tentang perubahan kecil dalam cara bertani dapat berdampak besar terhadap lingkungan dan hasil pertanian. Baca artikel ini dan pikirkan bagaimana hal serupa bisa diterapkan di sekitar kita?

Apa yang Akan Anda Pelajari?

  1. Pengelolaan Air yang Efisien: Mensimulasikan cara mengatur dan mengelola air di sawah agar lebih efisien dan ramah lingkungan.
  2. Dampak Perubahan Iklim: Menganalisis pengelolaan air yang tidak efisien dapat meningkatkan emisi gas metana, dan bagaimana irigasi intermittent dapat menguranginya?
  3. Simulasi CSDTs: Menggunakan teknologi untuk memantau suhu tanah, volume air, dan gas metana di sawah secara real-time.
  4. Kolaborasi dalam Kelompok: Bekerja dalam kelompok untuk menyusun laporan ilmiah dan poster yang menjelaskan hasil eksperimen yang dilakukan dalam simulasi.

Integrasi Pengetahuan Tradisional dan Modern dalam Sistem Subak

Sistem Subak tidak hanya berfungsi untuk mengatur aliran air dari hulu ke hilir, tetapi juga merupakan sistem sosial yang melibatkan seluruh masyarakat desa. Setiap petani di Bali bekerja sama untuk menjaga keseimbangan air di sawah mereka, menciptakan model pengelolaan air yang berkelanjutan. Ini adalah contoh nyata bagaimana pengetahuan tradisional dan teknologi modern dapat bekerja bersama untuk mengatasi tantangan pertanian dan lingkungan.

Melalui simulasi berbasis CSDTs (Culturally Situated Design Tools) , sebuah teknologi pembelajaran yang mengintegrasikan konsep sains dengan konteks budaya lokal, Anda akan dapat mengintegrasikan berbagai pengetahuan tradisional dan modern dalam sistem subak, dan budaya Bali lainnya, melalui link ini: https://csdt.org/culture/bali/id/index.html. Teknologi pembelajaran CSDTs dirancang untuk membantu Anda menghubungkan teori sains dengan kehidupan sehari-hari serta memungkinkan mereka untuk menyelesaikan tantangan lokal menggunakan pengetahuan ilmiah dan teknologi. Dengan menggunakan teknologi pembelajaran iini, Anda tidak hanya belajar sains, tetapi juga memahami cara-cara teknologi dapat melibatkan Anda untuk melakukan perubahan positif dalam masyarakat.Teknologi pembelajaran CSDTs akan memberikan pengalaman belajar yang terintegrasi, menghubungkan sains dengan budaya, serta memberikan Anda alat untuk menghadapi tantangan nyata di dunia mereka.

Sebagai contoh tradisi menganyam bambu di Bali yang menghasilkan berbagai kerajinan di Bali maupun kawasan lain di Indonesia, sesungguhnya menunjukkan integrasi antara budaya lokal dan ilmu pengetahuan modern. Pola anyaman bambu tersebut dapat dijelaskan secara matematis sebagai sistem koordinat Kartesius, yaitu koordinat yang dibentuk oleh garis mendatang (sumbu X) dan garis tegak (sumbu Y) jika digambar pada kertas kotak. Pola tersebut mengajarkan kita tentang hubungan antara geometri, IPA (biologi, tanaman bambu) dan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan CSDTs, Anda dapat mencoba menganyam bambu secara virtual, dan melihat bagaimana matematika diterapkan dalam kegiatan budaya sehari-hari, melalui link ini https://csdt.org/projects/51235/run?lang=id#.

Apa yang Akan Anda Lakukan dalam Pembelajaran Ini?

1. Eksperimen dan Simulasi:

Anda akan melakukan eksperimen untuk melihat bagaimana suhu tanah dan pengelolaan air mempengaruhi emisi gas metana dan hasil panen padi dengan menggunakan simulasi interaktif berbasis CSDTs, pada link ini: https://csdt.org/projects/51384/run, sebagamana nampak dalam tangkapan layar simulasi tersebut (Gambar 2).

Gambar 2

Gambar 2. Tangkapan layar simulasi CSDTs tentang hubungan antara tinggi permukaan air, suhu, emisi metana dan produksi padi

Simulasi CSDTs tersebut memungkinkan Anda berinteraksi langsung dengan data eksperimen, menggambarkan hubungan antara suhu tanah, volume air, gas metana, dan hasil panen padi dalam konteks yang lebih realistis. Melalui eksperimen ini, Anda akan memahami betapa pentingnya menggabungkan pengetahuan lokal dengan teknologi modern untuk menciptakan pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan demikian, CSDTs tidak hanya mengajarkan sains, tetapi juga melibatkan Anda untuk melihat bahwa teknologi dapat menjadi alat perubahan yang positif, sambil belajar keterampilan yang relevan dengan tantangan keberlanjutan yang dihadapi oleh masyarakat.

2. Diskusi Kelompok Ahli:

Anda akan bekerja dalam kelompok kecil untuk mempelajari topik yang mendalam tentang suhu, volume air, atau emisi gas metana. Setelah itu, Anda akan kembali ke kelompok asal untuk berbagi temuan dan menyusun poster ilmiah yang menjelaskan pengelolaan air dalam sistem Subak.

3. Menyusun Poster Ilmiah:

Setiap kelompok akan menyusun poster ilmiah yang menggambarkan eksperimen yang telah dilakukan. Poster tersebut akan memuat analisis data eksperimen, temuan eksperimen, dan rekomendasi yang relevan untuk keberlanjutan pertanian.

Mengapa Anda Perlu Memahami Materi Ini?

  • Menjaga Lingkungan: Anda akan belajar cara-cara untuk menjaga keseimbangan ekosistem melalui pengelolaan air yang efisien dan ramah lingkungan, yang akan membantu mengurangi perubahan iklim.
  • Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi: Anda akan bekerja dalam kelompok dan belajar cara berbagi ide serta solusi bersama teman-teman Anda.
  • Teknologi untuk Keberlanjutan: Dengan teknologi yang tersedia, Anda dapat memantau data eksperimen secara real-time dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid.

Tantangan yang Akan Anda Hadapi

  • Bagaimana perubahan level air dan suhu dapat mempengaruhi produksi padi dan emisi metana?
  • Apa dampak penggunaan teknologi dalam pengelolaan air secara efisien?
  • Bagaimana sistem Subak dapat mengurangi dampak negatif dari pertanian terhadap lingkungan?

Tujuan Pembelajaran Anda

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, Anda diharapkan dapat:

  1. Menjelaskan cara irigasi intermittent (macak-macak) bekerja dalam Sistem Subak dan pengaruhnya terhadap pengelolaan air.
  2. Menganalisis data eksperimen yang melibatkan suhu tanah, volume air, dan gas metana dalam konteks keberlanjutan pertanian.
  3. Menyusun poster ilmiah berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, serta menyajikan rekomendasi untuk pengelolaan air yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Penutup

Melalui modul ini, Anda tidak hanya akan mempelajari teori, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung dalam menggunakan simulasi teknologi untuk mengatasi masalah nyata dalam pertanian, seperti pengelolaan air dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan mengintegrasikan pengetahuan lokal dan teknologi modern, Anda akan dapat menciptakan solusi berkelanjutan untuk pertanian yang lebih ramah lingkungan.